thefaderalist.com |
Bahwa kita pernah selalu bersama-sama. Lalu kita sadar, bahwa kita harus berpisah.
Seharusnya kita siap dengan jalan perpisahan yang ada. Meski tidak sepenuhnya untuk kebaikan, setidaknya untuk pengorbanan.
Tanpa kita tau definisi pengorbanan itu apa.
Aku hanya berkorban, entah untuk apa dan siapa. Aku terpaksa menikmati proses yang ada, walau perlahan terasa begitu menghancurkan.
Sulit memang.
Kadang logika ini begitu menusuk seperti duri, menyisip di sela-sela jemari, hingga sakitnya terasa begitu dalam.
Aku tak ingin menebak-nebak isi hati mu.. sampai saat ini, aku hanya mengira jika harus aku yang berkorban. Setidaknya kamu harus bahagia.
Karena perpisahan, kadang seperti lelucon. Ada yang lelah memberi tawa, ada yang lelah terlalu bahagia.
Tapi jika ku salah. Andai yang terjadi tidak seperti logika ku, andai yang ku anggap benar ternyata menyakitimu. Tolong mengerti, karna entah aku atau kamu, kesendirian ini kadang membawa rindu datang kembali.
Bahkan tanpa kamu berbuat banyak, Atau mengucapkan sepatah kata pun. Kamu hanya perlu diam.
karna diam mu, tetap kurindukan.
Tenang saja.
Perpisahan tak menyakitkan. Yang menyakitkan adalah, bila habis ini.
Saling benci.